HOME      ABOUT      CONTACT      INSTAGRAM

Monday, September 17, 2018

We Are Expecting! : The First Trimester


Bagaimana sih tahunya kalau sudah positif hamil?

Setelah melewati kesedihan dan putus asa karena keguguran, saya memang langsung mengambil ancang-ancang untuk bisa segera hamil lagi. Entah tepat atau konyol, hampir setiap hari saya mencari tulisan-tulisan di blog dan forum kehamilan tentang pengalaman keguguran dan keberhasilan untuk bisa segera hamil. Saya mencoba percaya kalau peluang hamil akan lebih besar ketika kita baru saja mengalami keguguran.

Tapi seyakin-yakinnya saya, tetap saja cuma bisa berdoa dan mengupayakan yang terbaik. Suami saya tetap dengan usahanya memperbaiki pola hidup (makan yang baik, minum vitamin yang diresepkan dokter, mengurangi beban kerja), dan saya dengan stress healing dan berusaha kembali hidup normal (olahraga dan nggak takut-takut berkegiatan ini itu). Kami juga berusaha mengatur jadwal berhubungan. Yang terpenting, kami bekerja keras untuk tetap happy dan enjoy our life.

Karena siklus menstruasi saya selalu mundur 1-2 minggu, saya nggak terburu-buru mencoba tes kehamilan ketika lewat minggu kedua saya belum juga menstruasi. Setelah lewat 2 minggu 4 hari, barulah saya memberanikan diri mencoba testpack pagi-pagi karena masih percaya urin pagilah yang terbaik untuk mengecek ada tidaknya hormon kehamilan. Antara yakin nggak yakin testpack, saya langsung degdegan ketika selang beberapa detik mulai terlihat garis kedua yang masih samar. Saya langsung melakukan tes kedua dengan testpack merek berbeda dan seneng banget garis kedua terlihat lebih jelas. Yes, saya hamil!

Apa langsung periksa ke dokter?

Nggak. Sebelum periksa ke dokter saya menunggu sekitar 4 minggu dengan harapan begitu periksa sudah terlihat bakal janin, syukur-syukur sudah bisa mendengar denyut jantung karena menurut hitungan manual kehamilan saya sudah akan berusia 8 minggu.

Saat pertama kali periksa ke dokter, dengan bodohnya saya malah pipis sebelum USG. Dan ternyata, yang terlihat hanya kantung kehamilan yang menurut alat USG dilihat dari ukurannya berusia 5 minggu. Kosong melompong. Antara nggak kelihatan karena tadi saya pipis dulu atau memang belum ada bakal janinnya. Kata dr. Arman kalau mau lebih pasti saya bisa coba USG transvaginal atau nanti aja periksa 4 minggu lagi untuk memastikan ada tidaknya janin.

Jeder! Baru tahu ya kalau dua garis yang muncul di testpack bukanlah jaminan kamu pasti hamil. Saat itu saya merasa takut dan cemas, gimana kalau gini, gimana kalau gitu. Tapi suami saya meyakinkan saya, terlihatnya kantung kehamilan adalah pertanda baik. “Yakin deh, anak kita ada di situ, nanti kita lihat 4 minggu lagi.” Makasih suami, kamu memang motivator nomor satu!

Tahu hamil meskipun ragu-ragu bikin saya lebih berhati-hati. Saya meminta untuk istirahat dari dinas luar kota kantor (maaf Pak Kepala Seksi!) dan menghentikan sementara semua kegiatan olahraga.
Sampai tiba waktunya saya melakukan pemeriksaan kedua. Nervous abis! Lebih grogi daripada waktu saya nikah dulu. Syukurlah! Saat dr.Arman menempelkan alat USG di rahim saya, si baby langsung memperlihatkan diri dan memperdengarkan detak jantungnya. Ya ampun terharu banget! Awalnya saya skeptis sama orang-orang yang bilang nangis ketika mendengar detak jantung pertama bayinya, ternyata memang benar begitu adanya. Magical!


Apa ada perubahan kebiasaan atau fisik pas tahu hamil?

Sampai pemeriksaan pertama saya sama sekali nggak merasakan perubahan berarti selain payudara yang agak membesar (sama aja kaya mau siklus bulanan). Seneng dong! Makan masih normal, tapi pas nimbang berat badan saya udah naik 3 kg.

Semua berubah ketika masuk bulan kedua. Tiap pagi mual meskipun nggak sampai muntah. Bahkan hari-hari tertentu mual bisa sampai seharian. Ngapa-ngapain males. Makan makanan manis mual (biasanya suka banget), pengennya yang asin dan berbumbu kuat. Minum air hangat nggak bisa. Tips yang saya ikuti dan lumayan berhasil adalah ngemil apel. Tiap hari saya selalu sedia apel potong. Ampuh banget mengurangi mual.

Selain itu, bawaannya ngantuk terus. Saat itu rata-rata jam 9 malam saya sudah tidur. Tapi bangunnya siang dan malas-malasan. Duh! Nggak teratur banget deh hidup. Masak nggak minat, pengennya beli aja yang praktis. Kalau lagi libur sehari bisa pesan 4-5 macam makanan, random abis!

Syukurnya kehamilan ini bukan tipe yang kalau mual harus dimuntahin, tapi harus diisi makanan. Ya, seenggaknya tenaga saya tetap full. Ngomong-ngomong meskipun tenaga full, yang lucu pas hamil trimester pertama adalah badan saya kayak lemah banget dan nggak kooperatif kalau diajak jalan-jalan. Jalan dikit sakit pinggang pengen duduk. Belanja di supermarket aja nggak sanggup antri di kasir. Untung ada suami yang siap sedia mengasistensi kalau lagi kumat.

Yang menguatkan saya di saat-saat mual dan lemes selain suami adalah rasa syukur dan excitement akan memiliki anak. Rasa syukur itu sumber kebahagiaan dan sumber semangat banget! Selain itu, penting memastikan kesiapan kita dan pasangan ketika memutuskan akan memiliki anak. Partner yang kooperatif menurut saya adalah kunci sukses menjalani kehamilan yang menyenangkan. Doakan si baby sehat terus ya, nanti cerita saya sambung di jurnal berikutnya.  



Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

No comments:

Post a Comment