Bagaimana sih
tahunya kalau sudah positif hamil?
Setelah melewati
kesedihan dan putus asa karena keguguran, saya memang langsung mengambil
ancang-ancang untuk bisa segera hamil lagi. Entah tepat atau konyol, hampir
setiap hari saya mencari tulisan-tulisan di blog dan forum kehamilan tentang
pengalaman keguguran dan keberhasilan untuk bisa segera hamil. Saya mencoba
percaya kalau peluang hamil akan lebih besar ketika kita baru saja mengalami
keguguran.
Tapi seyakin-yakinnya
saya, tetap saja cuma bisa berdoa dan mengupayakan yang terbaik. Suami saya
tetap dengan usahanya memperbaiki pola hidup (makan yang baik, minum vitamin
yang diresepkan dokter, mengurangi beban kerja), dan saya dengan stress healing dan berusaha kembali
hidup normal (olahraga dan nggak takut-takut berkegiatan ini itu). Kami juga
berusaha mengatur jadwal berhubungan. Yang terpenting, kami bekerja keras untuk
tetap happy dan enjoy our life.
Karena siklus
menstruasi saya selalu mundur 1-2 minggu, saya nggak terburu-buru mencoba tes
kehamilan ketika lewat minggu kedua saya belum juga menstruasi. Setelah lewat 2
minggu 4 hari, barulah saya memberanikan diri mencoba testpack pagi-pagi karena
masih percaya urin pagilah yang terbaik untuk mengecek ada tidaknya hormon
kehamilan. Antara yakin nggak yakin testpack, saya langsung degdegan ketika
selang beberapa detik mulai terlihat garis kedua yang masih samar. Saya
langsung melakukan tes kedua dengan testpack merek berbeda dan seneng banget
garis kedua terlihat lebih jelas. Yes, saya hamil!
Apa langsung
periksa ke dokter?
Nggak. Sebelum
periksa ke dokter saya menunggu sekitar 4 minggu dengan harapan begitu periksa
sudah terlihat bakal janin, syukur-syukur sudah bisa mendengar denyut jantung
karena menurut hitungan manual kehamilan saya sudah akan berusia 8 minggu.
Saat pertama
kali periksa ke dokter, dengan bodohnya saya malah pipis sebelum USG. Dan
ternyata, yang terlihat hanya kantung kehamilan yang menurut alat USG dilihat dari ukurannya berusia
5 minggu. Kosong melompong. Antara nggak kelihatan karena tadi saya pipis dulu
atau memang belum ada bakal janinnya. Kata dr. Arman kalau mau lebih pasti saya bisa coba USG transvaginal atau
nanti aja periksa 4 minggu lagi untuk memastikan ada tidaknya janin.
Jeder! Baru tahu
ya kalau dua garis yang muncul di testpack bukanlah jaminan kamu pasti hamil.
Saat itu saya merasa takut dan cemas, gimana kalau gini, gimana kalau gitu.
Tapi suami saya meyakinkan saya, terlihatnya kantung kehamilan adalah pertanda
baik. “Yakin deh, anak kita ada di situ, nanti kita lihat 4 minggu lagi.”
Makasih suami, kamu memang motivator nomor satu!
Tahu hamil
meskipun ragu-ragu bikin saya lebih berhati-hati. Saya meminta untuk istirahat
dari dinas luar kota kantor (maaf Pak Kepala Seksi!) dan menghentikan sementara
semua kegiatan olahraga.
Sampai tiba
waktunya saya melakukan pemeriksaan kedua. Nervous abis! Lebih grogi daripada
waktu saya nikah dulu. Syukurlah! Saat dr.Arman menempelkan
alat USG di rahim saya, si baby langsung memperlihatkan diri dan memperdengarkan
detak jantungnya. Ya ampun terharu banget! Awalnya saya skeptis sama
orang-orang yang bilang nangis ketika mendengar detak jantung pertama bayinya,
ternyata memang benar begitu adanya. Magical!
Apa ada
perubahan kebiasaan atau fisik pas tahu hamil?
Sampai pemeriksaan
pertama saya sama sekali nggak merasakan perubahan berarti selain payudara yang
agak membesar (sama aja kaya mau siklus bulanan). Seneng dong! Makan masih
normal, tapi pas nimbang berat badan saya udah naik 3 kg.
Semua berubah
ketika masuk bulan kedua. Tiap pagi mual meskipun nggak sampai muntah. Bahkan
hari-hari tertentu mual bisa sampai seharian. Ngapa-ngapain males. Makan makanan manis
mual (biasanya suka banget), pengennya yang asin dan berbumbu kuat. Minum air
hangat nggak bisa. Tips yang saya ikuti dan lumayan berhasil adalah ngemil
apel. Tiap hari saya selalu sedia apel potong. Ampuh banget mengurangi mual.
Syukurnya
kehamilan ini bukan tipe yang kalau mual harus dimuntahin, tapi harus diisi
makanan. Ya, seenggaknya tenaga saya tetap full. Ngomong-ngomong meskipun tenaga
full, yang lucu pas hamil trimester pertama adalah badan saya kayak lemah banget dan nggak
kooperatif kalau diajak jalan-jalan. Jalan dikit sakit pinggang pengen duduk.
Belanja di supermarket aja nggak sanggup antri di kasir. Untung ada suami yang siap sedia mengasistensi kalau lagi kumat.
Yang menguatkan
saya di saat-saat mual dan lemes selain suami adalah rasa syukur dan excitement akan memiliki
anak. Rasa syukur itu sumber kebahagiaan dan sumber semangat banget! Selain itu,
penting memastikan kesiapan kita dan pasangan ketika memutuskan akan memiliki
anak. Partner yang kooperatif menurut saya adalah kunci sukses menjalani kehamilan yang
menyenangkan. Doakan si baby sehat terus ya, nanti cerita saya sambung di
jurnal berikutnya.
No comments:
Post a Comment