Setelah menimbang-nimbang cukup lama, akhirnya beberapa minggu lalu saya memutuskan untuk menemui dokter spesialis kandungan.
Bulan lalu tepat setahun saya menikah. Tanpa ada rencana
menunda, sampai hari ini saya belum juga dipercaya Tuhan untuk hamil. Memang
sih, 6 bulan pertama menikah saya masih berkeinginan fokus menyelesaikan
kuliah. Tapi ternyata hamilnya tertunda sampai hari ini.
Meskipun sering tertekan dengan pertanyaan “udah isi
belum?”, tapi saya bersyukur punya mertua yang pengertian. Tahu saya stres
menghadapi pertanyaan seputar kehamilan, mertua saya belakangan ini udah jarang
ngomongin cucu di depan saya. Paling pesannya cuma “makan yang banyak”.
Ditanyain melulu kok belum hamil bikin saya kesel dan stres. Apalagi kalau ada
yang banding-bandingin. “Si A belakangan nikah udah hamil tuh, kamu kok
belum?”. Serius deh, pertanyaan macam
ini nyebelin banget dan nggak sopan. Meskipun niatnya cari topik pembicaraan
atau basa-basi, saya sarankan lebih baik nanya yang lain aja.
Balik lagi ke pemeriksaan kandungan.
Jadi, saya dan Bli Indra sudah sepakat kalau sampai setahun saya
belum berhasil hamil, kami akan konsultasi ke dokter spesialis kandungan.
Pemeriksaan yang saya jalani ini juga sebenarnya nggak direncanain banget.
Berawal dari beberapa minggu setelah selesai menstruasi saya malah berdarah.
Browsing sana sini, saya jadi ngarep kalau ini adalah darah akibat pelekatan
sel telur yang berhasil dibuahi. Darah yang keluar memang nggak banyak, cuma 3
hari, itupun sedikit banget. Pokoknya persis deh seperti deskripsi darah
pelekatan yang ditulis di blog-blog seputar kehamilan. Nah, memasuki hari telat menstruasi ke-10 , saya coba test-pack. Hasilnya negatif. Sayapun kemudian memutuskan periksa aja sambil
berharap hasil test-pack nya salah.
Saya memilih konsultasi ke dr. Alesia Novita, Sp.OG. karena
sempat ditulis di salah satu blog yang nggak sengaja saya kunjungi waktu
baca-baca soal kehamilan. dr. Alesia praktik di RSIA Bunda Aliyah (rating di
Google 5 stars lho!), RSIA yang nggak terlalu besar tapi ramainya kayak pasar.
Saya datang sari jam 9 pagi baru dipanggil untuk periksa jam 12.30 siang. Duh!
Jujur saya takut banget dengan pemeriksaan ini. Takut rahim
nggak normal, takut kista, takut macam-macam. Pas masuk, dr. Alesia langsung
menyapa saya dengan ramah. Saya udah niat mau curhat segala macam biar nggak
galau-galau lagi mempersiapkan kehamilan. Nggak bertele-tele, sayapun langsung
di transvaginal USG untuk mengetahui apa yang terjadi di rahim saya.
Iya, hasilnya memang saya belum hamil.
dr. Alesia bilang dinding rahim saya udah tebel banget,
harusnya udah masuk masa menstruasi. Kenapa belum, karena sel telur saya
ukurannya kecil jadi nggak ada sel telur yang lepas (bagian ini saya belum
paham betul korelasinya). Dokter juga bilang rahim saya menghadap ke dalam. Itu
aja.
Sisanya syukurlah normal.
Saya lega banget dengernya. Jadi nggak ada masalah dengan
rahim saya, hanya harus minum tambahan vitamin untuk memperbaiki kualitas sel
telur. dr. Alesia juga meminta bli Indra untuk sekalian periksa. Ya, bisa
dibilang kami akan mulai program untuk memiliki anak. Doakan ya, mudah-mudahan
segera.
Nggak menyia-nyiakan kesempatan, saya juga sekalian tanya
tentang pantangan makanan dan olahraga. Intinya, boleh makan apa aja asal sudah
dimasak sampai matang, termasuk lemon. Minum lemon bikin kandungan kering?
Mitos. Olahraga gimana? Saya kan biasanya jogging 2-3 km tiap minggu, apa dapat
mengganggu rencana kehamilan? Kata dokter malah harus olahraga 3 kali sehari
dalam waktu 45 menit. Yeay! Happy banget, ternyata selama ini saya lebay suka
menahan-nahan diri beraktivitas takut gagal hamil. Padahal kan hamil itu bukan
penyakit atau keterbatasan. Jadi mulai sekarang saya nggak akan ragu-ragu lagi
beraktivitas yang bikin saya lebih bahagia. Bersiap hamil bukan berarti
menghentikan rutinitas positif dong.