HOME      ABOUT      CONTACT      INSTAGRAM

Tuesday, December 12, 2017

Planning for Pregnancy


Setelah menimbang-nimbang cukup lama, akhirnya beberapa minggu lalu saya memutuskan untuk menemui dokter spesialis kandungan.

Bulan lalu tepat setahun saya menikah. Tanpa ada rencana menunda, sampai hari ini saya belum juga dipercaya Tuhan untuk hamil. Memang sih, 6 bulan pertama menikah saya masih berkeinginan fokus menyelesaikan kuliah. Tapi ternyata hamilnya tertunda sampai hari ini.

Meskipun sering tertekan dengan pertanyaan “udah isi belum?”, tapi saya bersyukur punya mertua yang pengertian. Tahu saya stres menghadapi pertanyaan seputar kehamilan, mertua saya belakangan ini udah jarang ngomongin cucu di depan saya. Paling pesannya cuma “makan yang banyak”. Ditanyain melulu kok belum hamil bikin saya kesel dan stres. Apalagi kalau ada yang banding-bandingin. “Si A belakangan nikah udah hamil tuh, kamu kok belum?”.  Serius deh, pertanyaan macam ini nyebelin banget dan nggak sopan. Meskipun niatnya cari topik pembicaraan atau basa-basi, saya sarankan lebih baik nanya yang lain aja. 

Balik lagi ke pemeriksaan kandungan.
Jadi, saya dan Bli Indra sudah sepakat kalau sampai setahun saya belum berhasil hamil, kami akan konsultasi ke dokter spesialis kandungan. Pemeriksaan yang saya jalani ini juga sebenarnya nggak direncanain banget. Berawal dari beberapa minggu setelah selesai menstruasi saya malah berdarah. Browsing sana sini, saya jadi ngarep kalau ini adalah darah akibat pelekatan sel telur yang berhasil dibuahi. Darah yang keluar memang nggak banyak, cuma 3 hari, itupun sedikit banget. Pokoknya persis deh seperti deskripsi darah pelekatan yang ditulis di blog-blog seputar kehamilan. Nah, memasuki  hari telat menstruasi ke-10 , saya coba test-pack. Hasilnya negatif. Sayapun kemudian memutuskan periksa aja sambil berharap hasil test-pack nya salah.

Saya memilih konsultasi ke dr. Alesia Novita, Sp.OG. karena sempat ditulis di salah satu blog yang nggak sengaja saya kunjungi waktu baca-baca soal kehamilan. dr. Alesia praktik di RSIA Bunda Aliyah (rating di Google 5 stars lho!), RSIA yang nggak terlalu besar tapi ramainya kayak pasar. Saya datang sari jam 9 pagi baru dipanggil untuk periksa jam 12.30 siang. Duh!

Jujur saya takut banget dengan pemeriksaan ini. Takut rahim nggak normal, takut kista, takut macam-macam. Pas masuk, dr. Alesia langsung menyapa saya dengan ramah. Saya udah niat mau curhat segala macam biar nggak galau-galau lagi mempersiapkan kehamilan. Nggak bertele-tele, sayapun langsung di transvaginal USG untuk mengetahui apa yang terjadi di rahim saya.

Iya, hasilnya memang saya belum hamil.
dr. Alesia bilang dinding rahim saya udah tebel banget, harusnya udah masuk masa menstruasi. Kenapa belum, karena sel telur saya ukurannya kecil jadi nggak ada sel telur yang lepas (bagian ini saya belum paham betul korelasinya). Dokter juga bilang rahim saya menghadap ke dalam. Itu aja.
Sisanya syukurlah normal.

Saya lega banget dengernya. Jadi nggak ada masalah dengan rahim saya, hanya harus minum tambahan vitamin untuk memperbaiki kualitas sel telur. dr. Alesia juga meminta bli Indra untuk sekalian periksa. Ya, bisa dibilang kami akan mulai program untuk memiliki anak. Doakan ya, mudah-mudahan segera.

Nggak menyia-nyiakan kesempatan, saya juga sekalian tanya tentang pantangan makanan dan olahraga. Intinya, boleh makan apa aja asal sudah dimasak sampai matang, termasuk lemon. Minum lemon bikin kandungan kering? Mitos. Olahraga gimana? Saya kan biasanya jogging 2-3 km tiap minggu, apa dapat mengganggu rencana kehamilan? Kata dokter malah harus olahraga 3 kali sehari dalam waktu 45 menit. Yeay! Happy banget, ternyata selama ini saya lebay suka menahan-nahan diri beraktivitas takut gagal hamil. Padahal kan hamil itu bukan penyakit atau keterbatasan. Jadi mulai sekarang saya nggak akan ragu-ragu lagi beraktivitas yang bikin saya lebih bahagia. Bersiap hamil bukan berarti menghentikan rutinitas positif dong.



Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Tuesday, December 5, 2017

Antipodes Apostle Skin Brightening Serum Review


Antipodes Apostle Skin Brightening Serum adalah salah satu serum yang udah lama masuk skincare wishlist saya. Banyak review positif tentang serum ini bikin saya makin nggak sabar menambahkan Apostle serum ke dalam AM routine. Sebelumnya, saya memang nggak menggunakan serum di pagi hari, hanya essence (pre serum) dan moisturizer. Padahal menggunakan serum sangat disarankan untuk membantu memperbaiki kondisi kulit yang udah semakin meninggalkan keremajaannya. Dan akhirnya sayapun memantapkan hati mencoba serum ini dengan harapan kondisi kulit saya jadi makin baik dan sehat.

Antipodes adalah salah satu brand organic skincare yang berasal dari New Zealand. Akhir-akhir ini organic skincare semakin menjadi pilihan karena dipercaya menggunakan hanya bahan-bahan alami yang aman untuk kulit. Awalnya saya nggak terlalu familiar dengan organic skincare sampai sering dibahas dan direview oleh para skincare guru (Kae Pratiwi dan Deszel). Hampir seluruh range skincarenya menarik untuk dicoba, dua diantaranya ya di Apostle ini dan Aura Manuka Honey Mask (next wishlist).


Antipodes Apostle Skin Brightening Serum dikemas dalam botol serum kaca berwarna cokelat gelap. Serum ini berwarna cokelat muda pekat dengan tekstur watery tapi cukup kental. Tekstur water bikin Apostle serum cepat menyerap di kulit. Serum ini punya wangi yang cukup khas yang menurut saya sih nggak terlalu mengganggu.

Description

This water-based serum helps correct dull, blemishes or uneven skin. The revolutionary antioxidant Vinanza Grape&Kiwi helps minimise the appearance of facial redness. Exfoliating enzymes from the superfruit kiwifruit and shooting Vinanza Oxifiend from pinot noir grapes leave skin gloriously glowing. Meanwhile, mamaku black fern and Reishi mushroom of immortality boost healthy cell renewal for true, fresh-faced beauty.

Kalau membaca deskripsi produknya, serum ini benar-benar all-in-one perfect serum. Selain mencerahkan, juga kaya antioksidan dan mengurangi kemerahan pada kulit.

Saya menggunakan 2 tetes Apostle serum setiap pagi untuk seluruh wajah sampai leher. Lumayan awet kok, untuk ukuran 30 ml, serum ini bisa untuk 2-3 bulan pemakaian. Sebenarnya saya sangat suka tekstur dan sensasi setelah memakai serum ini.  Langsung menyerap nggak pakai lengket dan rasanya langsung memberi nutrisi pada kulit. Namun sayangnya, setelah hampir 2 bulan pemakaian, terjadi banyak penyumbatan pori dan muncul komedo. Duh sedih. Padahal saya sangat suka serum ini. Dengan sangat terpaksa sayapun menghentikan pemakaiannya.

Sepanjang yang saya baca di beberapa beauty blog, banyak yang cocok dan aman-aman aja kulitnya ketika pakai Apostle serum. Iri deh. Kalau kalian salah satu yang cocok menggunakan serum ini, boleh dong sharing di bagian comment.



Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+