HOME      ABOUT      CONTACT      INSTAGRAM

Wednesday, May 17, 2017

Komodo Sailing Trip #2 : Pulau Padar dan Rinca


Dalam trip ini, kami sengaja memilih hanya berlayar dua hari satu malam yang kami rasa cukup. Kami harus menentukan tempat-tempat yang akan kami kunjungi secara cermat agar bisa merasakan semua pengalaman yang ditawarkan di Taman Nasional Komodo.
Kami memutuskan bermalam di Pulau Padar atas saran dari kapten kapal. Sampai Padar ternyata sudah lumayan sore. Meskipun kami mencoba mengejar sunset tapi akhirnya kelewat juga.

Pulau Padar


Kami bermalam di Pulau Padar dengan tujuan bisa hiking dan melihat sunrise keesokan harinya. Selain kami, ada sekitar lima kapal lain yang sepertinya juga berniat mengejar sunrise. Saya sendiri sebenarnya nggak begitu excited dengan sunrise di Padar. Satu-satunya alasan saya memilih hiking pagi-pagi adalah karena matahari yang belum terlalu terik.


Jam 5.30 pagi kami mulai mendaki dan ternyata udah ramai. Mataharipun seperti muncul tergesa-gesa. Baru setengah jalan, sinar matahari udah mencuat-cuat meskipun mataharinya memang belum muncul. Daaan ternyata saudara-saudara, pemandangan Padar saat detik-detik munculnya matahari ini cantik banget! Jauh melebihi ekspektasi saya. Saya udah pernah sebut kan kalau sunrise disini cantik, nah pink shades yang muncul menjelang sunrise makin menambah cantik pemandangan Padar. Jadi saya sarankan kalau island hopping, wajib kejar sunrise di Padar. Ohya, bagi yang hobi foto, nyaris semua spot di Padar itu fotogenik.  


Jalur pendakian Padar sebenarnya nggak terlalu terjal, tapi cukup menyusahkan kalau pakai sandal jepit atau casual shoes. Saran saya pakailah sepatu yang tepat, paling nggak training shoes atau sandal tracking. Jalur turun selalu lebih sulit dibanding jalur pendakian (ya meskipun sama aja jalur yang itu-itu juga). Yang penting hati-hati dan fokus. Saya aja yang belum pernah naik gunung bisa kok.

Kami turun kembali ke kapal jam 8 pagi. You know what, jam segitu aja panasnya udah menyengat dan matahari udah sangat terik. Nggak kebayang kalau naik siang-siang.

Pulau Rinca


Dari Pulau Padar kami beranjak ke Pulau Rinca dengan tujuan untuk bisa melihat komodo. Kalau kata Bli Indra rugi banget ke Taman Nasional Komodo kalau nggak melihat komodo secara langsung.
Kami memilih mengikuti saran kapten kapal (lagi) untuk ke Pulau Rinca daripada ke Pulau Komodo. Pulau Rinca dan Komodo sebenarnya masih merupakan satu kawasan Taman Nasional Komodo. Katanya sih komodo di Rinca lebih mudah ditemui. Pulau Rinca sendiri disebut Loh Buaya. “Loh” artinya darat, dan “Buaya” adalah sebutan orang-orang lokal untuk komodo. Pertama kali mereka melihat komodo, mereka pikir itu sejenis buaya.


Sampai di Rinca kami disambut oleh pemandu (atau biasa disebut ranger) yang mengantarkan kami ke loket untuk mengurus tiket masuk. Kami membayar beberapa retribusi yang totalnya sekitar IDR 300.000. IDR 100.000 untuk kapal, 80.000 ranger, dan sisanya retribusi masuk kawasan taman nasional untuk 3 orang.

Ranger kami baik banget dan memberikan penjelaskan secara lengkap. Di Rinca kita bisa memilih mau mengambil short, medium, atau long track untuk tracking. Kami sendiri memilih short track dan berharap bisa bertemu komodo.


Kata ranger bertemu komodo itu untung-untungan. Biasanya komodo banyak terlihat di pagi atau sore hari. Kalau pagi mereka keluar untuk berjemur. Mungkin dengan tujuan menghangatkan badan karena mereka berdarah dingin. Karena kami sampai di Rinca menjelang makan siang, no hope lah akan ketemu komodo. Ranger hanya bilang kemungkinan kita bertemu komodo di sekitar dapur karena komodo suka menciumi wangi masakan dan menunggu sisa-sisa makanan yang berjatuhan. Ohya, komodo di Taman Nasional Rinca ini nggak pernah dan nggak boleh difeeding. Para komodo ini dibiarkan tetap liar sesuai habitatnya. Di Rinca juga banyak binatang-binatang lain seperti kerbau, rusa, burung, monyet, dan ular yang menjadi makanan komodo yang bisa puas dilihat kalau kita mengambil long track.

Dan benar saja, saat kami melewati dapur ada beberapa komodo berukuran sedang menunggu disekitarnya. Komodo itu bisa kamuflase juga lho. Saya sempat nggak menyadari keberadaan mereka karena mirip dengan kayu penyangga dapur.

Komodo benar-benar hewan yang superior, kalau menurut kami kelemahannya cuma satu, habitatnya terbatas. Komodo punya kecepatan, insting tajam, senjata ekor yang mematikan (selain lidahnya juga beracun karena sarang bakteri), dan antiracun. Saya kaget-kaget denger penjelasan ranger yang bilang komodo bahkan memakan ular berbisa karena nggak ada racun yang bisa menembus antibodinya. Well done!


Sebelum mengakhiri tracking kami beruntung banget bisa melihat satu komodo baru keluar dari tempat istirahatnya dan dengan gagah berlenggok menuju ke arah kami. Langsung saja ranger menawarkan untuk mengambilkan foto. Ya ampun super puas!

Beranjak dari Pulau Rinca, kami berencana mampir ke Pulau Kelor sebelum pulang ke Labuan Bajo. Tapi dasar kami sudah capek dan malas, apalagi melihat kalau di Kelor harus tracking lagi atau berenang. Kami merasa sudah cukup lengkap dengan pengalaman menyenangkan selama dua hari ini.

Kami sampai di Labuan Bajo menjelang sore. Happy banget deh bisa pengalaman island hopping yang super seru. Memang benar sih kata teman-teman, mereka yang udah pernah ke sini pasti ingin balik lagi. Worth the money and the “tanned skin” lah!       


Read other stories


Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

2 comments: