photo credit @aryadimd |
Picking Labuan Bajo as one of the place I have to visit in
Indonesia absolutely no wrong! Mengunjungi Labuan Bajo sudah menjadi bucketlist saya sejak kira-kira tiga
tahun yang lalu. Awalnya saya tertarik karena melihat foto-foto teman yang luar
biasa bagus dan “menjual”. Kemudian saya ingin merasakan pengalaman yang mereka
ceritakan kalau Labuan Bajo sangat indah, nggak cuma di foto, sampai-sampai
mereka yang sudah pernah datang ingin kembali lagi. Tujuan saya datang tentu
saja ingin berlayar plus island hopping. Tapi sebelumnya saya ingin ceritakan
dulu kesan pertama saya tentang Labuan Bajo.
The City
Labuan Bajo adalah salah satu desa/kelurahan di Kecamatan
Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT. Kalau dilihat di peta, Labuan Bajo
terletak di ujung Barat Pulau Flores. Yang saya lihat, pusat perekonomiannya relatif kecil. Jalan utamanya dipenuhi agen-agen wisata yang menawarkan trip pulau
(island hopping) dan kegiatan diving.
Ada juga cafe-cafe dan bar, mirip dengan jalanan di Kuta dan Legian. Cuma
bedanya di sini terlihat sepi. Bahkan di malam hari wisatawan yang nongkrong pun
sangat sedikit. Mungkin karena fokus orang yang datang ke Labuan Bajo bukan
untuk tinggal tapi hanya untuk singgah lalu live
on board alias "melaut".
Ohya, saat saya kesana jalanan di tengah kota rusak parah
dan berdebu. Sayang banget ya, padahal pariwisata Labuan Bajo termasuk yang
diproyeksikan menjadi pariwisata berkelas internasional.
Where to eat
Saya, Bli Indra dan adik sempat mencoba makan di salah
satu cafe yang ratingnya bagus di situs ulasan travelling. Tapi entah kenapa
rasanya nggak sesuai di lidah dan porsinya luar biasa besar. Mungkin rasanya
agak hambar karena menyesuaikan dengan selera wisatawan asing.
Kami sangat menyarankan untuk makan malam di Kampung Ujung.
Di sini kita bisa menikmati bakaran berbagai jenis ikan laut segar. Enaknya di
pesisir itu gampang banget kalau mau makan ikan segar. Kalau ke Kampung Ujung,
cobalah makan di Warung Mama Sindy. Kami memesan ikan kerapu macan yang
gosipnya dihargai sangat mahal kalau sudah masuk restaurant. Paket seorang cuma
IDR 35.000 sudah termasuk nasi, lalapan, dan air dalam kemasan gelas. Bagi
penyuka sambal, Mama Sindy akan membuatkan sambal dabu-dabu yang super enak dan sangat pas kalau
dimakan dengan ikan. Mama Sindy baik banget, waktu saya tanya resep sambalnya
malah disuruh datang lagi keesokan harinya, “Biar bisa dibelikan bahan-bahannya dulu di pasar,”
katanya.
kerapu macan di Kampung Ujung |
The People
Orang-orang Labuan Bajo sangat lugu dan ramah, ya contohnya Mama Sindy yang saya ceritakan tadi. Awalnya saya
nggak percaya ketika suami bilang begitu, sampai akhirnya saya merasakan
sendiri. Mereka nggak pelit informasi, nggak menyesatkan wisatawan juga. Jadi
jangan khawatir kena tipu.
Hari itu, saya berangkat dari Bali sekitar jam 1 siang, sampai
di Labuan Bajo udah lumayan sore. Dari bandara kami langsung pergi ke (kata orang
sana) Bukit Cinta atau juga disebut Sunset Hill, untuk melihat sunset dengan
latar teluk. Belakangan saya baru menyadari kalau sunset (dan sunrise) disini
nggak pernah nggak cantik, ya sepanjang nggak turun hujan.
Read other stories,
No comments:
Post a Comment