Dalam trip ini, kami sengaja
memilih hanya berlayar dua hari satu malam yang kami rasa cukup. Kami harus
menentukan tempat-tempat yang akan kami kunjungi secara cermat agar bisa merasakan
semua pengalaman yang ditawarkan di Taman Nasional Komodo.
Kami memutuskan bermalam di Pulau
Padar atas saran dari kapten kapal. Sampai Padar ternyata sudah lumayan sore. Meskipun kami mencoba mengejar sunset tapi akhirnya kelewat juga.
Pulau Padar
Kami bermalam di Pulau Padar
dengan tujuan bisa hiking dan melihat sunrise keesokan harinya. Selain kami, ada sekitar
lima kapal lain yang sepertinya juga berniat mengejar sunrise. Saya sendiri sebenarnya
nggak begitu excited dengan sunrise di Padar. Satu-satunya alasan saya memilih
hiking pagi-pagi adalah karena matahari yang belum terlalu terik.
Jam 5.30 pagi kami mulai mendaki
dan ternyata udah ramai. Mataharipun seperti muncul tergesa-gesa. Baru setengah
jalan, sinar matahari udah mencuat-cuat meskipun mataharinya memang belum
muncul. Daaan ternyata saudara-saudara, pemandangan Padar saat detik-detik
munculnya matahari ini cantik banget! Jauh melebihi ekspektasi saya. Saya udah
pernah sebut kan kalau sunrise disini cantik, nah pink
shades yang muncul menjelang sunrise makin menambah cantik pemandangan Padar.
Jadi saya sarankan kalau island hopping, wajib kejar sunrise di Padar. Ohya, bagi yang hobi foto, nyaris semua spot di Padar itu fotogenik.
Jalur pendakian Padar sebenarnya
nggak terlalu terjal, tapi cukup menyusahkan kalau pakai sandal jepit atau
casual shoes. Saran saya pakailah sepatu yang tepat, paling nggak training
shoes atau sandal tracking. Jalur turun selalu lebih sulit dibanding jalur
pendakian (ya meskipun sama aja jalur yang itu-itu juga). Yang penting
hati-hati dan fokus. Saya aja yang belum pernah naik gunung bisa kok.
Kami turun kembali ke kapal jam 8
pagi. You know what, jam segitu aja panasnya udah menyengat dan matahari udah sangat terik. Nggak kebayang kalau naik siang-siang.
Pulau Rinca
Dari Pulau Padar kami beranjak ke
Pulau Rinca dengan tujuan untuk bisa melihat komodo. Kalau kata Bli Indra rugi
banget ke Taman Nasional Komodo kalau nggak melihat komodo secara langsung.
Kami memilih mengikuti saran
kapten kapal (lagi) untuk ke Pulau Rinca daripada ke Pulau Komodo. Pulau Rinca
dan Komodo sebenarnya masih merupakan satu kawasan Taman Nasional Komodo.
Katanya sih komodo di Rinca lebih mudah ditemui. Pulau Rinca sendiri disebut
Loh Buaya. “Loh” artinya darat, dan “Buaya” adalah sebutan orang-orang lokal untuk
komodo. Pertama kali mereka melihat komodo, mereka pikir itu sejenis buaya.
Sampai di Rinca kami disambut
oleh pemandu (atau biasa disebut ranger)
yang mengantarkan kami ke loket untuk mengurus tiket masuk. Kami membayar
beberapa retribusi yang totalnya sekitar IDR 300.000. IDR 100.000 untuk kapal,
80.000 ranger, dan sisanya retribusi
masuk kawasan taman nasional untuk 3 orang.
Ranger kami baik banget dan memberikan penjelaskan secara lengkap.
Di Rinca kita bisa memilih mau mengambil short, medium, atau long track untuk
tracking. Kami sendiri memilih short track dan berharap bisa bertemu komodo.
Kata ranger bertemu komodo itu
untung-untungan. Biasanya komodo banyak terlihat di pagi atau sore hari. Kalau
pagi mereka keluar untuk berjemur. Mungkin dengan tujuan menghangatkan badan karena mereka berdarah dingin. Karena kami sampai di Rinca menjelang makan siang, no hope lah akan ketemu komodo. Ranger hanya bilang kemungkinan kita
bertemu komodo di sekitar dapur karena komodo suka menciumi wangi masakan dan
menunggu sisa-sisa makanan yang berjatuhan. Ohya, komodo di Taman Nasional
Rinca ini nggak pernah dan nggak boleh difeeding. Para komodo ini
dibiarkan tetap liar sesuai habitatnya. Di Rinca juga banyak binatang-binatang
lain seperti kerbau, rusa, burung, monyet, dan ular yang menjadi makanan komodo
yang bisa puas dilihat kalau kita mengambil long track.
Dan benar saja, saat kami
melewati dapur ada beberapa komodo berukuran sedang menunggu disekitarnya.
Komodo itu bisa kamuflase juga lho. Saya sempat nggak menyadari keberadaan
mereka karena mirip dengan kayu penyangga dapur.
Komodo benar-benar hewan yang
superior, kalau menurut kami kelemahannya cuma satu, habitatnya terbatas. Komodo
punya kecepatan, insting tajam, senjata ekor yang mematikan (selain lidahnya juga beracun karena sarang bakteri), dan antiracun. Saya
kaget-kaget denger penjelasan ranger
yang bilang komodo bahkan memakan ular berbisa karena nggak ada racun yang bisa
menembus antibodinya. Well done!
Sebelum mengakhiri tracking kami
beruntung banget bisa melihat satu komodo baru keluar dari tempat istirahatnya
dan dengan gagah berlenggok menuju ke arah kami. Langsung saja ranger menawarkan untuk mengambilkan foto. Ya ampun
super puas!
Beranjak dari Pulau Rinca, kami
berencana mampir ke Pulau Kelor sebelum pulang ke Labuan Bajo. Tapi dasar kami
sudah capek dan malas, apalagi melihat kalau di Kelor harus tracking lagi atau
berenang. Kami merasa sudah cukup lengkap dengan pengalaman menyenangkan selama
dua hari ini.
Kami sampai di Labuan Bajo
menjelang sore. Happy banget deh bisa pengalaman island hopping yang super
seru. Memang benar sih kata teman-teman, mereka yang udah pernah ke sini pasti
ingin balik lagi. Worth the money and the “tanned skin” lah!
Read other stories