HOME      ABOUT      CONTACT      INSTAGRAM

Thursday, May 12, 2016

Chasing Perfection


Perfection is addictive.
I’ve been chasing it all of my life. I won’t admit that sometimes I’m tired. You may see me strong but I sigh a lot. Perhaps, you know me cheerful but I worry the most.

Ketika saya temui seseorang yang stands out dalam suatu lingkungan, saya sangat ingin menjadi sepertinya. Bukan apa-apa, jalan hidup saya bisa dibilang baik-baik saja kok, bahkan sangat baik. Keluarga yang penuh cinta, pencapaian yang baik di sekolah, kehidupan cinta yang mulus. Saya juga punya beberapa sahabat baik.
Saya adalah orang dengan optimisme yang sangat tinggi. Saya yakin semua hal dapat berjalan sesuai apa yang saya rencanakan. Saya yakin akan mendapatkan yang terbaik versi saya.

Chasing perfection bukanlah nggak bersyukur.
Saya bersyukur atas hidup saya. Terlebih karena ibu saya selalu mewanti-wanti saya untuk itu. Kedua orang tua saya adalah gambaran bagaimana saya seharusnya mensyukuri hidup yang saya jalani. Tidak ada satu alasan pun untuk tidak bersyukur atas segala yang saya punya dan telah saya peroleh.

Tetapi saya tentu saja punya ego. I believe that I could be the best, and do more. Ada keyakinan dalam diri saya bahwa saya bisa melakukan apa yang orang lain lakukan. Dan saya akan berusaha melakukannya dengan lebih baik.

Saya terbiasa mendapat apa yang saya targetkan, sehingga saya sangat takut gagal.
“Kamu hampir nggak pernah mengalami kegagalan ya? Pantesan hal-hal kecil gini aja kamu pikirin banget.” Someone said this and he keep reminds me about flaws in our life.

Iya, saya jarang, bahkan hampir nggak pernah mengalami kegagalan besar. Sekali yang paling saya ingat adalah ketika saya gagal diterima di Fakultas Kedokteran lebih dari sepuluh tahun yang lalu.
Sedikitnya pengalaman gagal ternyata banyak mempengaruhi karakter saya. Saya cenderung nggak tahan kritik, dan sifat terlalu optimis membawa saya pada banyak kekecewaan. Mood saya akan sangat jelek ketika apa yang saya rencanakan tidak berjalan dengan semestinya.

Optimism is good, but It could make you suffer too.

Lambat laun saya semakin bisa menerima bahwa memang ada hal-hal yang tidak bisa saya kendalikan. Tidak semua hal bisa berjalan sesuai keinginan saya. Terlebih saya belajar menerima bahwa saya bukanlah tokoh manusia super dengan kemampuan bisa melakukan semua hal tanpa cela. Tapi tunggu, bahkan manusia superpun nggak cemerlang di semua bidang kan.

One day I’m facing failure. Later I realize that It makes me try twice harder, go further, and push me to be better that I’ve ever be.

About chasing perfection? I will and always will be doing it.


Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

1 comment: