Semua orang akan sangat menghindari situasi
dimana namanya disebut melalui announcer
mall atau bandara. Persis seperti
yang baru saja saya alami.
Menggunakan maskapai yang terkenal dengan track record nya yang hampir 90% delayed membuat saya cukup berleha-leha dalam perjalanan menuju bandara. Sudah web check in juga sih, jadi saya pikir aman. Saya sampai tepat tiga puluh menit sebelum take off yang artinya waktu boarding. Tapi yang saya dapati bukan panggilan boarding, tapi panggilan terakhir untuk penumpang yang belum naik pesawat.
Kaget dong! Setelah cek ke check in counter (untungnya masih boleh ambil boarding pass karena bodohnya saya nggak simpen boarding pass online), saya langsung lari ke gate. Nah, pas momen lari itu lah nama saya disebut via announcer bandara.
Menggunakan maskapai yang terkenal dengan track record nya yang hampir 90% delayed membuat saya cukup berleha-leha dalam perjalanan menuju bandara. Sudah web check in juga sih, jadi saya pikir aman. Saya sampai tepat tiga puluh menit sebelum take off yang artinya waktu boarding. Tapi yang saya dapati bukan panggilan boarding, tapi panggilan terakhir untuk penumpang yang belum naik pesawat.
Kaget dong! Setelah cek ke check in counter (untungnya masih boleh ambil boarding pass karena bodohnya saya nggak simpen boarding pass online), saya langsung lari ke gate. Nah, pas momen lari itu lah nama saya disebut via announcer bandara.
Bukan cuma saya yang mengalami hal ini. Di dalam bus feeder saya lihat kurang lebih sepuluh orang juga menjadi last minute boarding passengers. Agak lucu sih maskapai ini. Setelah rekor delay yang belum terpecahkan, sekarang boarding lebih cepat dari jadwal. Okay I admit that I was wrong. I was underestimating by coming right 30 minutes before take off which is the boarding time written in the boarding pass.
My point is, I saw that everybody’s changing to be better. So would you still stay on your track although It brings you nowhere?
No comments:
Post a Comment